Kamis, 27 April 2017

Peninggalan Kerajaan Majapahit, Candi Cetho Lokasi dan Keganjilannya

Peninggalan Kerajaan Majapahit, Candi Cetho Lokasi dan Keganjilannya - Kerajaan Majapahit adalah kerajaan besar di Nusantara yang berpusat di Mojokerto Jawa Timur. Kerajaan Majapahit memiliki daerah kekuasaan dan bahkan kekuasaannya mencapai mancanegara. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Kertanegara yang merupakan Raja Singhasari terakhir. Asal usul Raden Wijaya sebagai pendiri Kerajaan Majapahit memiliki beberapa versi dan termasuk yang menyebutkan bahwa Raden Wijaya berasal dari Sunda. Membahas Kerajaan Majapahit, tentu tidak bisa dipisahkan dari beberapa peninggalan Kerajaan Majapahit yang begitu banyak.

Peninggalan Kerajaan Majapahit
Peninggalan Kerajaan Majapahit
Peninggalan Kerajaan Majapahit ini bermacam-macam jenisnya dan tersebar di beberapa daerah. Beberapa peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih ada sampai sekarang diantaranya adalah berupa candi. Ada beberapa candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih tersisa seperti Candi Sukuh misalanya, dan ada lagi yang masih ada yaitu Candi Cetho. Nah, untuk bahasan kali ini, kita akan lebih dalam membahas mengenai Candi Cetho setelah sebelumnya kami sampaikan ulasan mengenai Candi Sukuh.

Lokasi Candi Cetho

Candi Ceto, dalam ejaan Jawa biasanya ditulis Cetho, candi ini merupakan Candi yang memiliki corak Hindu dan diduga kuat dibangun pada masa-masa akhir era Kerajaan Majapahit. Sedangkan untuk lokasi, Candi Cetho berada di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 1496 m di atas permukaan air laut. Secara Administratif, Candi Cetho berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Di kawasan komplek Candi Ceto, sampai sekrang masih banyak aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat. Masih banyak para peziarah yang mendatangi kompleks Candi Ceto.

Masyarakat yang beragama Hindu pada umumnya masih sering mendatangi Candi Ceto untuk pemujaan. Selain untuk pemujaan, bagi beberapa yang menganut kepercayaan asli Jawa atau Kejawen, kompleks Candi Ceto ini juga digunakan sebagai tempat pertapaan. Jadi, Candi Ceto ini termasuk salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat yang mempercayainya.

Konstruksi dan Sejarah Candi Cetho

Bentuk Candi Cetho ini memiliki gapura di awal memasuki kompleksnya. Setelah melewati gapura pertama, maka akan terlihat sembilan tingkatan berundak. Namun menurut beberapa ahli sebenarnya Candi Cetho memiliki 13 tingkatan berundak namun yang dipugar hanya 9 tingkatan. Ada informasi yang menyebutkan bahwa halaman di teras ke dua merupakan petilasan dari Ki Ageng Krincingwesi yang merupakan leluhur dusun Cetho. Kemudian di teras ke dua, terdapat susunan batu yang memiliki bentuk seperti kura-kura yang konon kabarnya bentuk tersebut merupakan lambang dari Majapahit. Di depan kepala kura-kura tersebut terdapat simbol phallus sepanjang 2 meter yang lengkap dengan hiasan tindik bertipe ampallang.

Candi Cetho
Candi Cetho
Di teras selanjutnya terdapat relief batu yang memiliki cerita mengenai Sudhamala yang berkisah tentang manusia yang melepaskan diri dari malapetaka. Di teras ke tujuh, terdapay sepasang arca yang di sebelah utara adalah arca Sabdopalon dan di sebelah selatan adalah Nayagenggong. Kedua tokoh tersebut merupakan abdi dan penasehat spiritual Prabu Brawijaya ke V. Namun ada yang menyebutkan bahwa sebenarnya kedua orang tersebut adalah satu. Di teras selanjutnya kemudian terdapat Arca Phallus yang disebut Kuntobimo. Sedangkan di sisi sebelah utara terdapat arca Prabu Brawijaya ke V dalam perwujuda Mahadewa. Teras terakhir atau teras tertinggi yang merupakan bangunan utama, terdapat beberapa bale yang terbuat dari kayu.

Bagunan utama dari Candi Cetho ini memiliki bentuk piramida yang terpenggal atau trapesium mirip dengan bangunan utama Candi Sukuh. Struktur bentuk bangunan Candi Cetho ini menurut beberapa ahli masih menyimpan keanehan dan keganjilan. Candi peninggalan Kerajaan Majapahit pada umumnya terbuat dari batu bata dengan terdapat ukiran di dalamnya. Namun beda dengan Candi Cetho, candi ini terbuat dari batuan kali, sehingga ada beberapa ahli yang menyebut bahwa Candi Cetho ini dibuat sebelum zaman Kerajaan Majapahit. Prasasti yang ada kemungkinan bukan merupakan tahun pembuatan candi, melainkan tahun renovasi Candi yang dilakukan pada Zaman Kerajaan Majapahit. Dan bahkan beberapa arca yang terdapat di sana tidak memiliki keterkaitan dengan candi lain di Indonesia. Candi yang ada justru mirip dengan candi yang ada di peradaban Inca di Amerika Latin.

Misteri dan Kejanggalan Candi Cetho

1. Bebatuan Asal Candi

Candi Cetho dibuat menggunakan bebatuan dari kali, yang itu tidak lazim dilakukan pada zaman Kerajaan Majapahit. Pada masa Majapahit, bangunan candi pada umunya menggunakan batu bata dengan ukiran yang beragam. Fakta ini menguatkan bahwa Candi cetho sudah ada sebelum Kerajaan Majapahit berdiri.

2. Relief Yang Tidak Presisi

Tingkat presisi dari relief yang ada di Candi Cetho ini sangat rendah sekali. Hal ini seperti menunjukkan bahwa pada masa pembanunan Candi Cetho belum memiliki teknologi dan ilmu pengetahuan yang bisa mempresisikan sebuah bangunan. Padahal pada jaman Majapahit, Bangunan Candi tersusun sangat presisi.

3. Bentuk Arca Tidak Seperti Arca Jawa

Keanehan selanjutnya adalah bentuk arca yang ada di candi Cetho. Beberapa patung yang ada di Candi Cetho tidak memiliki kemiripan dengan ciri candi di Jawa bahkan di Indonesia. Bahkan ada patung yang mirip dengan ciri orang Sumeria.

Itulah sedikit informasi mengenai peninggalan kerajaan Majapahit Candi Cetho. Candi Cetho ini masih menyimpan seribu tanda tanya karena memiliki bentuk dan kontruksi yang berbeda dari bentuk candi pada umunya. Semoga sedikit informasi mengenai peninggalan Kerajaan Sejarah Candi Cetho ini bisa menambah pengetahuan kita tentang sejarah Kerajaan Majapahit.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Peninggalan Kerajaan Majapahit, Candi Cetho Lokasi dan Keganjilannya

2 komentar: